Cerita Suasana Penumpasan PKI di Pekalongan dan Madiun
Cerita ini diceritakan oleh Eyang Kakung Tercinta Joedo Soemarno (garis dari Ibu) kepada saya sekitar tahun 1990-an. Eyang saya dulu merupakan penjuang kemerdekaan NKRI, beliau lahir di Wonogiri tahun 1920. Setelah merdeka beliau ditugaskan di Pekalongan mulai sekitar awal tahun 1960-an. Beliau bercerita bahwa setelah meletusnya peristiwa pembunuhan terhadap beberapa jendral di Jakarta dan Yogyakarta kemudian pada tahun 1966 Presiden Soekarno memberi perintah kepada Mayjend Soeharto yang intinya untuk mengendalikan situasi kembali aman dan tertib. Seluruh anggota TNI se Indonesia ditugaskan untuk mencari anggota dan simpatisan PKI. Karena ini perintah dari atasan maka Eyang saya ta terkecuali harus melaksanakan perintah tersebut. Unit-unit tentara yang berada di daerah menyisir dan menciduk orang-orang yang dicurigai sebagai anggota atau simpatisan PKI. Menurut Eyang saya, mereka dipaksa dinaikan ke truk-truk tentara dan di bawa ke penjara dan ada yang langsung dibawa ke suatu area di dekat pantai utara Pekalongan. Mereka yang disangka anggota atau simpatisan PKI ada yang dihukum seumur hidup dan ada yang ditembak mati tidak melalui keputusan pengadilan. Eyang saya bercerita, tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa di kubur bertumpuk-tumpuk dalam satu liang lahat yang besar. Yang menggali liang kuburuan tersebut para tahanan kriminal biasa. Situasi dan kondisi Pekalongan pada saat itu diliputi saling curiga mencurigai antar warga masyarakat. Perekonomian mengalami inflasi yang begitu besar sehingga nilai mata uang sudah tidak berharga lagi. Menurut Eyang saya, tentara dan polisi masih untung mendapat jatah beras walaupun dengan kualitas yang buruk. Eyang juga bercerita bahwa beliau juga ikut menumpas Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. Waktu itu beliau masih dinas di sekitar Solo. Beberapa batalion dikirim ke Madiun untuk memadamkan pemberontakan PKI walaupun pada saat itu juga pejuang RI sedang situasi mempertahankan kemerdekaan terhadap tentara Belanda yang ingin menguasai lagi RI.
Eyang saya telah mendapat beberapa penghargaan diantaranya pejuang veteran. Ketika beliau meninggal pada tahun 1996 sebenarnya mendapat slot di Taman Makam Pahlawan Pekalongan, namun keluarga memakamkannya di Kerkof (Makam Kristen Pekalongan).
Semoga cerita ini dapat ikut menyumbang sejarah perjalanan NKRI yang penuh lika liku. Kita sebagai generasi muda dapat mengambil sisi positif dan negatif nya. Karena setiap peristiwa bersejarah pasti mempunyai beberapa versi tergantung cara pandang setiap individu.
0 comments:
Post a Comment